top of page

Tips Fotografi Arsitektur

Ngomongin arsitektur tidak akan lepas dari estetika, karena arsitektur adalah bagian dari seni dan salah satu cara mengabadikan nilai estetika tersebut adalah melalui foto. Fotografi adalah salah satu skill yang paling tidak harus dimiliki oleh seseorang yang bergelut dalam industri kreatif. Fotografi mampu membuat kita menjadi lebih objektif dalam melihat sesuatu melalui sebuah lensa kamera.


Sejak membeli kamera pertama 12 tahun yang lalu, saya selalu menyempatkan waktu untuk mendatangi bangunan dengan arsitektur yang menarik jika berkunjung ke suatu tempat atau kota. Bagi saya, ada kepuasan tersendiri ‘berburu’ objek-objek arsitektur dan memotretnya.

Tips Fotografi Arsitektur, Jockey Club Tower Hongkong karya Zaha Hadid
Jockey Club Innovation Tower, Hong Kong (Fujifilm X-A2, 16-50mm). Image by Adityuwana.

Saya pernah baca kutipan wawancara Sonny Sandjaya di majalah The Light Magazine terbitan tahun 2007. Beliau yang seorang fotografer arsitektur profesional, mengatakan bahwa fotografi arsitektur bisa jadi berbeda antara yang profesional (artinya sebagai profesi) dan yang masih sebagai hobi. Kalau yang hobi, yang diambil biasanya lebih sebagai elemen fotografi seperti sudut-sudut ekstrem, lengkung, kontras, warna, pattern, shadow dan hal ini nggak akan dipakai untuk profesional, biarpun secara fotografi cukup bagus. Setelah membaca artikel tersebut, saya jadi bisa melihat lebih jelas hasil foto antara seorang fotografer pro dan seorang yang hanya hobi. Saya bukan seorang fotografer profesional (karena cuma hobi fotografi), tapi saya belajar beberapa hal yang bisa saya bagikan ke kamu tentang bagaimana memotret objek arsitektur.


Perlengkapan

Sebuah smartphone sudah lebih dari cukup bagi kamu yang baru akan memulai fotografi arsitektur. Beberapa smartphone telah memiliki kamera dengan spesifikasi yang mumpuni, ditambah dengan beberapa aplikasi yang mampu membuat hasil foto terlihat sangat baik. Buat kamu yang ingin lebih serius, mungkin perlu mempertimbangkan sebuah kamera Mirrorless atau DSLR. Kedua jenis kamera tersebut juga memiliki beberapa pilihan lensa. Kamu bisa menggunakan lensa jenis wide-lenses dengan focal length lebar agar mendapatkan sudut pengambilan objek yang maksimal untuk mencapai hasil foto terbaik. Saya sendiri menggunakan Fujifilm X-A2 dengan lensa kit 16-50mm dan Canon EOS 7D dengan lensa Tamron 17-50mm. Tapi belakangan lebih sering pake Fuji karena lebih praktis saat dibawa kemana-mana.


Cahaya

Cobalah memotret sebuah objek di waktu yang berbeda. Cahaya matahari dapat memberikan efek yang berbeda-beda pada sebuah objek dan pengaruhnya sangat besar terhadap gambar yang kamu ambil. Cahaya matahari akan menghasilkan sudut bayangan yang menarik saat kita menemukan waktu yang tepat. Untuk itu, kamu perlu mengambil gambar dalam berbagai kondisi, mulai dari pagi, siang, sore, hingga menjelang malam.

Tips Fotografi Arsitektur, National Library Singapore
Suasana senja di National Library, Singapore (Fujifilm X-A2, 16-50mm). Image by Adityuwana.

Keystoning

Distorsi menyebabkan objek yang dipotret terlihat melengkung dan tidak lurus, dan hal ini paling sering terlihat saat kamu mengambil gambar gedung yang tinggi dimana gedung tersebut terlihat jatuh atau miring dalam komposisi foto. Beberapa orang menyukai efek distorsi ini karena terlihat dramatis, tapi beberapa yang lain tidak menyukainya. Jika tidak menyukainya, kamu bisa ubah titik pemotretan menjauhi objek atau mencari titik pemotretan yang lebih tinggi sehingga titik tengah dari objek sejajar dengan kamu. Jika kondisinya tidak memungkinkan untuk mengubah titik pemotretan, kamu bisa menggunakan lensa tilt-shift, tetapi lensa ini hanya untuk kamera DSLR dan harganya sangat mahal. Alternatifnya, kamu bisa menggunakan aplikasi seperti Photoshop untuk memperbaiki efek distorsi seperti pada gambar dibawah ini. Bisa lihat perbedaanya?

Tips Fotografi Arsitektur, Koreksi distorsi bangunan Milan Duomo
Koreksi distorsi Milan Cathedral (Canon EOS 7D, 17-50mm f/2.8). Image by Adityuwana.

Detail

Tonjolkan detail yang menarik dari sebuah bangunan, entah itu warna, ornamen dekorasi, pola pada dinding, sambungan antara baja dan kaca, railing, gagang atau bentuk pintu, dan sebagainya. Terkadang detail-detail seperti ini yang membuat sebuah karya arsitektur menjadi istimewa dan unik. Selain itu, foto detail-detail tersebut bisa kamu simpan dan jadikan referensi untuk mendesain sebuah proyek arsitektur.

Tips Fotografi Arsitektur, Detail Plafon Tunjungan Plaza, Surabaya
Tunjungan Plaza, Surabaya (Fujifilm X-A2, 16-50mm). Image by Adityuwana.

Tampilkan Manusia

Sesekali, masukkan objek manusia kedalam foto arsitektur kamu. Objek manusia tidak mengurangi keindahan malah menjadikan foto arsitektur terlihat lebih unik dan hidup karena pada dasarnya objek atau bangunan karya arsitektur dibuat dan dirancang untuk digunakan oleh manusia.

Tips Fotografi Arsitektur, Jockey Club Tower Hongkong karya Zaha Hadid
Jockey Club Innovation Tower, Hong Kong (Fujifilm X-A2, 16-50mm). Image by Adityuwana.

Post-processing

Banyak orang merasa tabu untuk mengedit sebuah foto. Padahal para fotografer profesional pun melakukannya, selama tidak mengubah esensi foto tersebut. Saya biasa menggunakan aplikasi editing seperti Lightroom atau Photoshop. Untuk smartphone, Snapseed adalah aplikasi yang populer dan punya banyak fitur untuk editing. Pilih aplikasi yang harganya terjangkau menurut kamu. Dalam fotografi arsitektur, hal yang biasa dilakukan adalah mengatur perspektif untuk menghilangkan distorsi, cropping, mengatur pencahayaan, bayangan dan kekontrasan. 


Gimana? Semoga tips di atas berguna bagi kamu untuk menghasilkan foto arsitektur yang lebih baik. Selamat mencoba dan jangan pernah bosan untuk belajar dan latihan terus menerus.

302 tampilan

Postingan Terkait

Comments


bottom of page